komedi dalam bercinta
Written By BLOG CINTA on Sabtu, 09 Juli 2011 | 01.49
INILAH.COM, Jakarta - Judul film ini: Kambing Jantan. Tapi, jangan harap ada kambing dalam film yang mulai tayang di bioskop sejak Kamis (5/3) ini. Kambing adalah sebutan untuk aktor utama dalam film yang diadaptasi dari buku dengan judul sama ini.
Selepas SMU, Dika (Raditya Dika), yang juga dipanggil Kambing, harus melanjutkan pendidikan di Adelaide, Australia. Dia terpaksa mengambil jurusan finance yang tidak sesuai minatnya. Maka, dimulailah perjalanan Dika mencari jati diri: apa yang ingin dia lakukan dalam hidupnya sebenarnya?
Ketika dia menjalani kuliah di Australia, problem muncul dengan Kebo (Herfiza Novianti), pacarnya, karena harus menjalani long distance relationship (LDR) alias pacaran jarak jauh. Akibatnya, pengeluaran keuangan sangat besar, komunikasi terganggu, dan kehidupan kuliah yang semakin lama membuat mereka berbeda.
Problem lainnya muncul: bagaimana Dika mengalami kesulitan dalam belajar. Lalu, ada pula kemunculan Sally Dickson, dosen bule yang lebih mirip tentara wanita, menambah dilema si Kambing dalam menyelesaikan masalah LDR dan finance (dalam dua arti sebenarnya: kebutuhan finance-nya dan sekolah finance-nya).
Pertemuannya dengan seorang teman SD, Ine (Sarah Shaftiri), yang membaca blog Dika berjudul 'Kambingjantan', membuka pikirannya bahwa dia bisa saja jadi penulis komedi. Sedangkan persahabatannya dengan Harianto (Edric Tjandra), anak Kediri yang juga LDR dengan pacarnya, menambah keyakinan Dika untuk terus menentukan: hidup seperti apa yang dia mau.
Karakter-karakter pendukung lainnya, seperti Mama Dika, adalah cerminan ibu yang berharap banyak pada anak sulungnya. 'Mama zaman sekarang' yang merasa sangat mengenal anaknya, ternyata harus mengakui bahwa anaknya memiliki 'kelebihan' lain. Papa Dika dan adik-adik Dika menjadi karakter-karakter yang memperkaya unsur komedi cerdas yang ada dalam film ini.
Percintaan menjadi bagian yang banyak menyita durasi dalam film ini. Percintaan juga sekaligus menjadi komedi dari film ini.
Seperti dalam bukunya, Dika mengakui memang film yang pembuatannya membutuhkan waktu dua tahun ini memang lebih fokus pada percintaan Dika - Kebo dan persahabatan Dika-Harianto.
"Hal ini memang disengaja. Biar saling melengkapi antara buku, komik, film. Di buku adalah cerita sehari-hari blog Dika, di komik kehidupan perkuliahan Dika dengan teman-teman kuliahnya, sedangkan di film lebih fokus kepada Dika dan pilihan hidupnya beserta hubungan cintanya dengan Kebo," kata Dika.
Bagi penonton yang sudah membaca bukunya, siap-siap saja 'kecewa'. Seperti film yang berbasiskan buku, laiknya Ayat-ayat Cinta dan Laskar Pelangi, Kambing Jantan juga banyak mengingkari atau murtad dari jalan cerita yang ada dalam versi buku terbitan Gagas Media.
Pembuat film selalu berbicara klise: tidak semua bahasa dalam sastra atau buku dapat diterjemahkan ke dalam bahasa filmis! [I4]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar